Senin, 07 Oktober 2019

COMUNICATION SKILL (TUGAS TULISAN)

Keterampilan Komunikasi: Communication Skill

Komunikasi adalah aktivitas utama manusia dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi dengan Tuhan, sesama manusia, dan makhluk lainnya. Komunikasi merupakan modal dan kunci sukses dalam pergaulan dan karier karena hanya dengan komunikasi sebuah hubungan baik dapat dibangun dan dibina. Dalam konteks tertentu, berkomunikasi memerlukan skill (keterampilan) yang harus dilatih dan dikembangkan. Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik/menulis dan public speaking dibutuhkan dalam banyak bidang pekerjaan, bahkan menjadi karier tersendiri wartawan, penyiar, emsi, trainer, dan humas (public relations). Keterampilan komunikasi juga dibutuhkan dalam pengembangan usaha menjalin relasi, marketing, promosi, dll juga dalam pengembangan dan pemberdayaan diri personal branding/self empowering. Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau di mana saja.
Keterampilan Komunikasi (Communications Skill) dapat dibagi dalam tiga kategori:
1. Keterampilan komunikasi lisan
2. Komunikasi tulisan
3. Komunikasi non-verbal.


  • Komunikasi lisan (oral) meliputi penyajian, pemahaman karakter audiens, mendengar scara kritis, dan bahasa tubuh. Komunikasin oral adalah kemampuan untuk menjelaskan dan mempresentasikan ide secara lisan dalam bahasa yang jelas (mudah dimengerti) kepada khalayak yang beragam.  Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk mengemas kata-kata, menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat, dan pemahaman tentang pentingnya isyarat non-verbal dalam komunikasi lisan. Teknik komunikasi oral dikembangkan dalam ilmu/teknik public speaking, presentasi, dan siaran radio/televisi.


  • Komunikasi tertulis (written communication) adalah kemampuan menulis secara efektif dalam berbagai konteks dan untuk berbagai khalayak dan tujuan yang berbeda. Ini mencakup kemampuan untuk menulis bagi khalayak tertentu, dengan menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat. Komunikasi tertulis memerlukan keterampilan latar belakang (background skills) seperti menulis akademis, mengedit, membaca secara kritis, dan pengajian data. Hal ini juga meliputi komunikasi elektronik, seperti SMS, email, forum diskusi online, chat room, dan pesan instan (instant messaging).


  • Komunikasi non-verbal adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide dan konsep melalui penggunaan bahasa tubuh, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara, juga penggunaan gambar, ikon, dan simbol.  Komunikasi non-verbal meliputi pemahaman audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh. 


Background Skills


uRevition and Editing
Menerapkan teknik untuk meningkatkan kemampuan menulis atau presentasi. Proofreading untuk ejaan, tata bahasa, dan gaya.
uPresentation skills
Menggunakan teknologi dan teknik yang tepat untuk menyajikan informasi kepada audiens (misalnya, dalam, seminar kuliah tutorial, atau rapat).
uAcademic writing skills
Menulis untuk menganalisis topik, mengembangkan sudut pandang dalam kaitannya dengan topik yang melalui penelitian dan pemikiran, dan meyakinkan pembaca bahwa sudut pandang itu telah didukung oleh ide-ide dan informasi (misalnya, esai, poster, paper, atau tesis).
uAudience awareness
Memahami kebutuhan, pengalaman, dan tingkat pemahaman audiens (misalnya, masyarakat, mahasiswa, pengusaha, stakeholder); kepekaan terhadap audiens dalam mengatur dan menyajikan ide-ide dan menanggapi umpan balik (misalnya, mendukung bahasa sederhana melalui jargon di saat berkomunikasi dengan masyarakat umum); memahami perspektif profesional tertentu di bidang yang dikuasai dan berkomunikasi dengan kolega yang tepat (misalnya, menyajikan data pada sebuah seminar dalam gaya standar untuk bidang itu).
uCritical listening/Critical reading
Pemahaman tentang bagaimana menggabungkan konten dan metode untuk menciptakan makna pesan (misalnya, hasil yang dipublikasikan dalam sebuah makalah ilmiah yang dapat diberikan kredibilitas lebih dari Hasil yang disajikan pada seminar departemen); aktif mendengarkan, membaca atau melihat informasi untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dan akurat dari pesan yang disampaikan (misalnya, mencatat langkah-langkah dalam argumen yang disajikan, atau mengekstraksi detail yang spesifik dari sebuah makalah akademis).
uPersonal presentation and body language
Pemahaman dan kemampuan untuk menggunakan gerak tubuh, ekspresi dan isyarat non-verbal untuk membantu mengkomunikasikan pesan (misalnya, menggunakan nada dan mengubah volume suara untuk menyampaikan emosi dan perasaan, atau mengontrol gerakan postur tubuh dan mengatasi rasa gugup untuk menghadirkan rasa percaya diri).
uPresentation of technical or scientific data
Pemahaman tentang penggunaan gambar, grafik, dan metode lain untuk menyajikan data secara sederhana dan singkat (misalnya, menggunakan teknik grafik yang tepat dalam sebuah laporan ilmiah atau grafis yang dipilih dengan baik untuk menyampaikan konsep).

SUMBER :
http://sydney.edu.au

CARA MEMBANGUN MINDSET (TUGAS TULISAN)

 Mindset adalah posisi atau pandangan mental seseorang yang mempengarusi pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu fenomena. Mindset terdiri dari seperangkat asumsi, metode, atau catatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang tertanam dengan sangat kuat. Menurut Mulyadi (2007;71), mindset merupakan sikap mental mapan yang di bentuk melalui pendidikan, pengalaman dan prasangka.
Menurut Gunawan (2007;14), mindset adalah beliefts that affect somebody’s attitude; a set of beliefs a way of thinking that determine somebody’s behavior and outlook (kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir yang menentukan perilaku atau pandangan, sikap, dan masa depan seseorang).

KOMPONEN MINDSET
Mindset terdiri dari tiga komponen poko (Carol s dweck, 2006), yaitu:
a. Paradigma
Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang di dalam memandang sesuatu. Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya dalam memilih metode tetapi juga cara-cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistomologis.
Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan dasar (atau yang berada di balik fisik yaitu meta-fisik) yang bersifat pokok atau prinsip utama. Suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon terhadap tiga petanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontologi, epistomologi, dan metodologi (Guba, 1990:18).

b. Keyakinan Dasar
Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap sesuatu, Jika kita mengerjakan sesuatu yang kita yakini, kita akan mengerjakannya dengan sepenuh hati,. Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukuptahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Jika keyakinan tidak ada maka keraguan akan muncul, dan kesalahan akan sering kali menghalangi. Keyakinan sangat penting dalam kehidupan seperti keyakinan dalam memeluk agama (Nova, 2011).

c. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang, sehingga berdasarkan nilai-nilai tersebut seseorang dibatasi. Nilai atau value adalah kepercayaan atau keyakinan yang di praktekkan dalam bentuk tingkah laku oleh orang dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat 10 tipe nilai yang disebut sebagai motivational type of value yaitu: Power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction, universalism, traditional, conformity, dan security.

Jenis-jenis Mindset
Carol Dweck (2006) menyatakan bahwa terdapat dua macam Mindset, yaitu:
a) Fixed Mindset (Mindset Tetap)
Mindset tetap (Fixed Mindset) ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas-kualitas seseorang sudah ditetapkan. Jika seseorang memiliki sejumlah inteligensi tertentu, kepribadian tertentu, dan karakter moral tertentu.
Ciri-ciri dari orang dengan mindset tetap (fixed mindset) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki keyakinan bahwa inteligensi, bakat, sifat adalah sebagai fungsi hereditas/keturunan.
2. Menghindari adanya tantangan.
3. Mudah menyerah.
4. Menganggap usaha tidak ada gunanya.
5. Mengabaikan kritik.
6. Merasa terancam dengan kesuksesan orang lain.

b) Growth Mindset (Minset Berkembang)
Mindset berkembang (grownth mindset) ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas-kualitas dasar seseorang adalah hal-hal yang dapat diolah melalui upaya-upaya tertentu. Meskipun manusi mungkin berada dalam segala hal, dalam bakat dan kemampuan awal, minat, atau temperamen setiap orang dapat berubah dan berkembang melalui perlakuan da pengalaman.
Ciri-ciri dari orang dengan mindset berkembang (growth mindset) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat, dan sifat bukan merupakan fungsi, hereditas/ keturunan.
2. Menerima tantangan dan bersungguh-sungguh menjalankannya.
3. Tetap berpandangan ke depan dari kegagalan.
4. Berpandangan positif terhadap usaha.
5. Belajar dari kritik.
6. Menemukan pelajaran dan mendapatkan inspirasi dari kesuksesan orang lain.

Cara Membentuk Mindset
Untuk membentuk mindset dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Trendwatching. Pada tahap ini manajemen puncak melakukan pengamatan berbagai tren pemacu perubahan yang akan terjadi di masa depan. Terdapat empat pemacu perubahan yang berdampak terhadap lingkunagn organisasi.
2. Envisioning. Envisioning adalah kemampuan kita untuk menggambarkan dampak perubahan dalam lingkungan bisnis yang diakibatkan oleh berbagai pemacu perubahan yang telah di amati dalam trendwatching.
3. Perumusan Paradigma. Oleh karena lingkungan organisasi digambarkan karakteristiknya sebagai lingkungan di dalamnya customer, maka paradigma yang sesuai dengan lingkungan customer value strategy, suatu pandangan untuk bertumbuh ditentukan oleh kemampuan organisasi tersebut dalam menyediakan value terbaik bagi customer.
4. Perumusan Mindset. Mindset terdiri tiga komponen: paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar. Oleh karena itu, dalam merumuskan mindset, setelah paradigma dirumuskan, kemudian dirumuskan keyakinan dasar dan nilai dasar yang sesuai dengan paradigma tersebut. Berdasarkan paradigma customer value mindset dan berdasarkan paradigma pula continious improvement dibentuk dalam dua mindset: continious improvement mindset dan opportunity mindset.

Daftar Pustaka
Adi W. Gunawan. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.
C. S. Dweck. 2006. Mindset: The New Psychology of Success. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
Guba. Egon. 1990. The Paradigm Dialog. London Sage.
Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

POLA MANAJEMEN KOPERASI

PENGERTIAN MANAJEMEN KOPERASI

Manajemen merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui, hakikat manajemen adalah mencapai tujuan melalui tangan orang lain. Pencapaian tujuan melalui tangan orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan, fungsi perngorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. Dengan demikian keberhasilan manajemen sebuah organisasi akan sangat tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi tersebut.
Hal yang sama berlaku pula pada koperasi. Hanya dengan melaksanakn fungsi-fungsi manajemen itulah sebuah koperasi akan dapat mencapai tujuan mulianya secara efektif.
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan baik di negara-negara Eropa Barat sebagai tempat kelahirannya maupun di Indonesia sudah diarahkan untuk mampu mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang beruntung dalam sistem ekonomi pasar liberal kapitalistik. Oleh banyak kalangan, Lembaga koperasi diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai saling kerja sama (gotong royong), menolong diri sendiri, solidaritas, kejujuran, keterbukaan,mengutamakan kebersamaan dan keadilan serta beberapa esensi moral positif lainnya.
Koperasi memang cocok untuk masyarakat Indonesia, dan sudah ada di dalam masyarakat kita jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada dasarnya bangsa Indonesia suka bekerja sama dan saling tolong-menolong. Koperasi yang pertama tumbuh subur di Indonesia adalah koperasi sosial yang dalam kegiatannya lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat sosial tanpa memperhitungkan segi keuntungan dalam arti ekonomi. Koperasi semacam ini dapat tumbuh subur dengan landasan rasa solidaritas dari anggotanya.
Dengan bermodalkan rasa solidaritas yang tinggi dari para anggotanya saja, belumlah cukup untuk membina koperasi jenis yang kedua yaitu koperasi ekonomi yang bergerak di bidang ekonomi. Supaya koperasi ekonomi bertahan hidup dan seterusnya berkembang, diperlukan individualitas (kepercayaan pada diri sendiri) dari para anggotanya. Sebab hanya anggota yang percaya akan kemampuannya sendiri yang dapat bertindak/bekerja untuk memajukan koperasi dan setia kepada koperasi yang diikutinya. Selain itu, walaupun koperasi adalah organisasi yang tidak mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi cara kerjanya tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip ekonomi, supaya dapat berkembang dengan layak.
Apabila kegiatan usaha koperasi semakin luas maka masalah yang dihadapi semakin kompleks, sehingga penanganannya tidak boleh dikerjakan secara amatiran tetapi harus secara profesional. Dalam keadaan seperti itu, apabila anggota koperasi tidak ada yang mampu dan cocok untuk menangani usaha koperasi tersebut tidak ada salahnya, bahkan dianjurkan untuk mengambil orang atau sekelompok orang di luar anggota koperasi yang benar-benar profesional untuk menangani usaha koperasi. Hanya saja perlu diingat bahwa tanggung jawab atas pekerjaan tersebut tetap berada di tangan pengurus. Sehingga pengurus harus benar-benar melaksanakan pengawasan secara ketat agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Pengurus harus bertindak dengan baik dan jujur agar dapat mengawasi kerja karyawannya, sebab hanya orang yang berbuat baik dan jujur saja yang dapat memperbaiki tindakan orang lain yang kurang baik.

POLA MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA

Koperasi seperti halnya organisasi yang lain membutuhkan pola manajemen yang baik agar tujuan koperasi tercapai dengan efisien.
Hal yang membedakan manajemen koperasi dengan manajemen umum adalah terletak pada unsur-unsur manajemen koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Adapun tugas masing-masing dapat diperinci sebagai berikut : Rapat anggota bertugas untuk menetapkan anggaran dasar, membuat kebijaksanaan umum, mengangkat/memberhentikan pengurus dan pengawas. Pengurus koperasi bertugas memimpin koperasi dan usaha koperasi sedangkan Pengawas tugasnya mengawasi jalannya koperasi.
Untuk koperasi yang unit usahanya banyak dan luas, pengurus dimungkinkan mengangkat manajer dan karyawan. Manajer atau karyawan tidak harus anggota koperasi dan seyogyanya memang diambil dari luar koperasi supaya pengawasannya lebih mudah. Mereka bekerja karena ditugasi oleh pengurus, maka mereka juga bertanggung jawab kepada pengurus. Di bawah ini akan dibahas mengenai beberapa pola manajemen koperasi yang nantinya akan membantu koperasi tersebut dalam mencapai tujuannya :
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses dasar manajemen. Dalam perencanaan manajer memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan harus dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang harus melakukan. etiap organisasi memerlukan perencanaan. Baik organisasi yang bersifat kecil maupun besar sama saja membutuhkan perencanaan. Hanya dalam pelaksanaannya diperlukan penyesuaian-penyesuaian mengingat bentuk, tujuan dan luas organisasi yang bersangkutan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang fleksibel, sebab perencanaan akan berbeda dalam situasi dan kondisi yang berubah-ubah di waktu yang akan datang. Apabila perlu dalam pelaksanaannya diadakan perencanaan kembali sehingga semakin cepat cita-cita/tujuan organisasi untuk dicapai.
Perencanaan dalam Koperasi :
Organisasi koperasi sama dengan organisasi yang lain, perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan akhir seefektif mungkin. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting karena merupakan dasar bagi fungsi manajemen yang lain. Agar tujuan akhir koperasi dapat dicapai maka koperasi harus membuat rencana yang baik, dengan melalui beberapa langkah dasar pembuatan rencana yaitu menentukan tujuan organisasi mengajukan beberapa alternatif cara mencapai tujuan tersebut dan kemudian alternatif-alternatif tersebut harus dikaji satu per satu baik buruknya sebelum diputuskan alternatif mana yang dipilih
Tipe rencana yang dapat diambil dalam koperasi dapat bermacam-macam tergantung pada jangka waktu dan jenjang atau tingkatan manajemen.

b. Pengorganisasian dan Struktur Organisasi
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian akan mencerminkan struktur organisasi yang mencakup beberapa aspek penting seperti:
1. Pembagian kerja,
2. Departementasi,
3. Bagan organisasi,
4. Rantai perintah dan kesatuan perintah,
5. Tingkat hierarki manajemen, dan
6. Saluran komunikasi dan sebagainya.

Struktur Organisasi dalam Koperasi :
Sebagai pengelola koperasi, pengurus menghadapi berbagai macam masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang paling sulit adalah masalah yang timbul dari dalam dirinya sendiri, yaitu berupa keterbatasan. Keterbatasan dalam hal pengetahuan paling sering terjadi, sebab seorang pengurus harus diangkat oleh, dan dari anggota, sehingga belum tentu dia merupakan orang yang profesional di bidang perusahaan. Dengan kemampuannya yang terbatas, serta tingkat pendidikan yang terbatas pula, pengurus perlu mengangkat karyawan yang bertugas membantunya dalam mengelola koperasi agar pekerjaan koperasi dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan masuknya berbagai pihak yang ikut membantu pengurus mengelola usaha koperasi, semakin kompleks pula struktur organisasi koperasi tersebut. Pemilihan bentuk struktur organisasi koperasi harus disesuaikan dengan macam usaha, volume usaha, maupun luas pasar dari produk yang dihasilkan. Pada prinsipnya semua bentuk organisasi baik, walaupun masing-masing mempunyai kelemahan.

c. Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting. Sebab masing-masing orang yang bekerja di dalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Supaya kepentingan yang berbeda-beda tersebut tidak saling bertabrakan satu sama lain, maka pimpinan perusahaan harus dapat mengarahkannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Seorang karyawan dapat mempunyai prestasi kerja yang baik, apabila mempunyai motivasi. Maka dari itu, tugas pimpinan perusahaan adalah memotivasi karyawannya agar mereka menggunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Supaya manajer atau pimpinan perusahan dapat memberikan pengarahan yang baik, pertama-tama ia harus mempunyai kemampuan untuk memimpin perusahaan dan harus pandai mengadakan komunikasi secara vertikal.

Manajemen Kepegawaian :
Seorang manajer kepegawaian adalah pembantu pengurus yang diserahi tugas mengurus administrasi kepegawaian, yang mencakup:
 Mendapatkan pegawai yang mau bekerja dalam koperasi,
Meningkatkan kemampuan kerja pegawai,
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik sehingga para karyawan tersebut tidak bosan bekerja bahkan dapat meningkatkan prestasinya,
Melaksanakan kebijaksanaan yang dibuat pengurus, mengawasi pelaksanaannya dan menyampaikan informasi maupun laporan kepada pengurus secara teratur,
Memberikan saran-saran/usul-usul perbaikan.

d. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk membuat semua kegiatan perusahaan sesuai dengan rencana. Proses pengawasan dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang dilaksanakan dengan standar yang sudah ditetapkan, mengukur penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, kemudian mengambil tindakan koreksi apabila diperlukan. Setiap perusahaan mengadakan pengawasan dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Ada beberapa alasan yang dapat diberikan mengapa hampir setiap perusahaan menghendaki adanya proses pengawasan yang baik. Alasan-alasan tersebut antara lain:
Manajer dapat lebih cepat mengantisipasi perubahan lingkungan,
Perusahaan yang besar akan lebih mudah dikendalikan,
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota organisasi dapat dikurangi.
Berdasarkan waktu melakukan pengawasan, dikenal ada tiga tipe pengawasan yaitu, feedforward controll, concurrent controll, dan feedback control.

Teknik dan Metode Pengawasan :
Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer untuk menjaga performance organisasi secara keseluruhan, sikap serta performance karyawan. Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengadakan pengawasan kuantitatif, antara lain: dengan menggunakan anggaran, mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan sebagainya.
Kita dapat melihatnya dalam program keterkaitan yang dicanangkan sebagai Gerakan Nasional muncul 4 (empat) macam pola hubungan kemitraan, yaitu:
1. Pola Dagang.
2. Keterkaitan merupakan hubungan dagang biasa antara produsen/koperasi dan pemasar/pengusaha.
3. Pola Vendor.
4. Kerjasama dilakukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahan yang menjadi bapak angkat.
5. Pola Subkontrak.
6. Kerjasama dilakukan dalam hubungan produk yang dihasilkan oleh koperasi menjadi bagian dalam sistem produksi bapak angkat.
7. Pola Pembinaan.
8. Pola ini dikembangkan untuk memberi kesempatan kepada koperasi yang memiliki potensi produksi tetapi lemah dalam pemasaran.
Ke-empat pola tersebut memperlihatkan bahwa koperasi ditempatkan sebagai sub sistem dari perusahaan swasta/BUMN. Padahal koperasi mempunyai kemampuan untuk ditempatkan sebagai related system. Dengan demikian fokus perhatian umumnya terarah kepada koperasi primer, sedangkan pengembangan koperasi sekunder dan tersier tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dengan hanya menjadi subsistem maka koperasi berada pada posisi bargaining yang lemah.
Memasuki millennium ketiga ini sudah seharusnya dilakukan upaya-upaya yang lebih teratur dan konsisten untuk membuat koperasi mampu berusaha di bidang ekpor-impor. Koperasi harus didorong untuk tumbuh dalam satu jaringan kerja (network) dan tidak hanya menjadi sub sistem perusahaan swasta.
Pemerintah dapat mengalokasikan dana untuk pengembangan koperasi dengan membangun unit-unit quality control guna menetapkan standar ekspor serta meningkatkan kualitas produk dari koperasi-koperasi produksi. Disamping itu juga membangun unit-unit promosi (Rumah Produk Indonesia) yang memperlihatkan bebagai sample produk dari koperasi yang mempunyai standar ekspor.
Telah disinggung terdahulu bahwa perhatian pembinaan yang hanya terfokus kepada koperasi primer akan memperlambat perkembangan koperasi di Indonesia. Untuk itu sudah seharusnya focus perhatian pembinaan disebarkan meliputi juga koperasi sekunder dan tersier dalam suatu sistem pembinaan terpadu.

SUMBER :
Flippo, E.B., 1984. Personnel Management. 5th edition. Sydney: McGraw-Hill
International Book Company.
Gresspan, Alan, 1990. Prahara Ekonomi Dunia. Balai Pustaka, Jakarta.
http://id.wikipedia.com, Artikel Ekonomi, diakses pada tanggal 15 April 2009.

KONSEP, ALIRAN DAN SEJARAH KOPERASI

PENGERTIAN KOPERASI Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya...